Inventor Muda yang Peduli Lingkungan dan Membuat Program Keberlanjutan

003564000_1572286229-e

Liputan6.com, Jakarta – Tingginya konsumsi masyarakat menimbulkan masalah sampah yang bisa mencemari lingkungan. Meski begitu, banyak anak muda semakin peduli pada lingkungan, khususnya di kalangan milenial dan gen Z. Tak sedikit dari mereka jadi inventor muda yang membuat berbagai terobosan untuk mengatasi masalah sampah dan bahkan beragam program keberlanjutan. Salah satunya ada sosok anak muda inspiratif di Yogyakarta

Sama seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Yogyakarta juga menghadapi masalah sampah, mulai dari sampah pabrik atau limbah hingga sampah visual. Kehidupan masyarkat yang semakin modern, membuat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih dianggap kurang. Hal inilah yang disoroti salah satu komunitas kecil di Kota Yogyakarta.

Meski hanya berskala kecil, komunitas ini terus secara aktif melakukan aksi nyata untuk mengembalikan Kota Yogyakarta sesuai slogannya, yaitu Berhati Nyaman. Komunitas ini bernama Jogja Garuk Sampah.Sosok pemuda berusia 26 tahun bernama Bekti Maulana, menjadi sosok inspirasi remaja di Kota Pelajar ini. Bekti Maulana adalah koordinator lapangan di komunitas Jogja Garuk Sampah.

Sebelum bergabung, Bekti Maulana memang tertarik dan konsen dalam isu lingkungan. Ia mengawalinya dengan kampanye tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan di lingkup tempat tinggalnya dan sekolah.

Pemuda yang juga hobi bersepeda ini mulai berkecimpung di gerakan peduli lingkungan ini sejak mengikuti aktivitas Willian dan komunitas sepedanya yang rutin membersihkan sampah di Kawasan Wisata Malioboro setiap sore.

Pegiat lingkungan yang akrab disapa Willian Bike ini adalah pemuda asal Blora, Jawa Tengah yang bisa dibilang jatuh cinta kepada kota Jogja yang telah memberinya banyak hal. Namun, ia juga prihatin dengan kondisi Jogja saat ini. ia pun kemudian mengajak beberapa teman lainnya untuk menggalakkan aksi bersih-bersih kota.

Jogja Garuk Sampah

Mendengar rekannya membentuk sebuah perkumpulan tersebut, ia pun tergugah untuk ikut bergabung. “Secara tidak sengaja kegiatan Garuk Sampah yang dulu bernama Resik-resik Kota. Ternyata ini dipelopori oleh salah satu komunitas sepeda dengan saya yang juga merupakan pendatang dari Blora, Jawa Tengah. Hal ini kemudian menggugah diri saya untuk lebih peduli dan berani mengedukasi masyarakat secara langsung” terang Bekti pada Liputan6.com, Jumat, 9 Februari 2024.

Bekti Maulana sendiri bergabung komunitas ini setelah tiga bulan berjalan. Saat awal ia bergabung, Jogja Garuk Sampah masih memiliki jadwal kegiatan yang spontan dan hampir setiap hari. Selain itu, kegiatannya dilakukan pada malam hari.

“Dulu namanya masih Resik-resik Kota. Belum pakai nama Garuk Sampah. Nama itu dipakai secara spontan karena kita ingin pakai nama yang unik. Mudah diingat tapi ya agak anehlah,” jelasnya.

Kemunculan Jogja Garuk Sampah didasari adanya keluhan dari pendatang atau wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta. Mereka mengeluhkan kondisi sudut kota terutama spot wisata Yogyakarta yang banyak dipenuhi sampah.

Selaku koordinator lapangan Jogja Garuk Sampah Bekti juga menyebutkan bahwa mereka tak hanya berfokus pada sampah-sampah saja. Komunitas ini juga menangani mulai dari sampah rumah tangga atau sampah sejenis sampah rumang tangga, sampah pabrik atau limbah hingga sampah visual.

Harapan untuk Masyarakat Yogyakarta

Selain melakukan kegiatan rutin setiap Rabu malam, Jogja Garuk Sampah menyebarluaskan kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan juga lewat event-event besar yang ada di Kota Yogyakarta.

Saat ditanyai harapan untuk Jogja Garuk Sampah dan masyarakat Yogyakarta, Bekti Maulana memberikan jawaban tak terduga. Kiprahnya dalam isu lingkungan dan ingin membaut Yogyakarta lebih bersih, ia justru mengungkapkan bahwa harapannya yaitu Jogja Garuk Sampah lekas bubar.

“Harapannya Garuk Sampah segera bubar. Tergantikan oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,” tuturnya Bekti juga membagikan tips bagi anak muda agar lebih peduli lingkungan.

“Ada banyak cara simpel seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah terutama yang bisa didaur ulang atau hemat penggunaan air dan listrik. Selain itu kalau bisa bergabung dengan organisasi lingkunga yang aktif dalam kegiatan penjagaan lingkungan atau melakukan aksi-aksi sosial seperti aksi bersih-bersih pantai atau kegiatan penanaman pohon,” pungkasnya.

Selain Bekti Maulana, ada pula Vania Santoso yang mengawali kiprahnya lewat proyek sosial dan edukasi pemberdayaan masyarakat terkait isu lingkungan. Proyek tersebut mendorong perempuan 32 tahun itu memutuskan untuk mengembangkannya menjadi proyek sosial yang berkelanjutan, dan menghasilkan nilai ekonomi.

Produk Olahan dari Daur Ulang Sampah

Pada 2018, berdirilah “heySTARTIC” yang merupakan sebuah usaha yang menawarkan berbagai fesyen yang unik dan ramah lingkungan. Sebetulnya, usaha tersebut didirikan Vania dan sang kakak yaitu Agnes Santoso.

“Secara legalnya berdiri tahun 2018 tapi sebelumnya kita aktif edukasi pemberdayaan masyarakat soal isu lingkungan dan sifatnya lebih ke proyek sosial. Salah satu yang kita lihat itu bagaimana proyek sosial ini bisa berkelanjutan dari segi keuangannya, gak pusing cari sponsor dan lomba untuk bisa dapat pendanaan mengenai misi sosial yang dijalankan,” tutur Vania kepada Liputan6.com, Sabtu, 10 Februari 2024.

Vania dan sang kakak mencari cara agar orang tertarik dan bangga saat menggunakan produk olahan dari daur ulang sampah, salah satunya lewat produk olahan daur ulang yang dibuat secara fashionable.

Wanita asal Surabaya ini mengungkapkan kesulitan yang dihadapi ketika membangun usaha heySTARTIC. Masih minimnya edukasi masyarakat terkait hasil produk daur ulang seperti menjadi tantangan baginya.

Untuk modal sendiri, Vania mengatakan berawal dari hasil ikut lomba dan mendapatkan dana Rp10 juta. Dana tersebut, digunakan untuk bereksperimen demi menghasilkan produk daur ulang, hingga mampu membangun usaha heySTARTIC.

Varian produk Daur Ulang

Produk dari heySTARTIC memiliki desain yang unik dan dibuat dari karya daur ulang oleh para pengrajin berpengalaman. Untuk produksi, ada ahli atau pioneer yang berasal dari program pemberdayaan masyarakat yang menjadi supervisor di lapangan. Jumlah Pioneer ada 11 orang yang membawahi 2-3 pengrajin.

Untuk sistem penggajian sendiri berdasarkan pesanan dan bagi hasil dari penjualan. Vania mengatakan, selain dapat menambah variasi gaya, toko yang terletak di Jalan Jemursari 4 No. 5, Surabaya ini juga menawarkan beragam varian produk yang terdiri dari tas, dompet, clutch, pouch, sandal dan kap lampu, alas meja, kursi, dan masih banyak lagi.

Tujuannya untuk mengenalkan kesadaran lingkungan dan gaya hidup ramah lingkungan, tapi menarik salahs atunya lewat fesyen. Tak hanya itu, produk produk eksklusif dari heySTARTIC juga ditawarkan dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu dimulai dari harga Rp50.000 – 1,2 juta saja untuk setiap produknya.

Produknya juga tersedia di e-commerce Shopee dan Tokopedia, dan melalui media sosial seperti Instagram. Produk daur ulang heySTARTIC juga dijual secara offline di galeri-galeri toko oleh-oleh Surabaya.

Share :